www.mediasurabayanews.com, Jakarta – Maskapai berbiaya hemat Citilink mendapatkan dukungan besar dari induk usahanya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, yang resmi mengalokasikan dana segar senilai Rp14,9 triliun kepada anak perusahaannya tersebut.
Dana ini merupakan bagian terbesar dari total investasi baru yang dihimpun Garuda Indonesia melalui PT Danantara Asset Management (Persero) sebesar Rp23,67 triliun, sebagaimana telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 12 November 2025.
Alokasi dana ini menjadi sinyal kuat bahwa Grup Garuda Indonesia berfokus mengembangkan segmen Low Cost Carrier (LCC) sebagai salah satu pilar bisnis strategis ke depan.
Manajemen membagi penggunaan modal jumbo itu ke dalam dua tujuan utama, yaitu menuntaskan kewajiban masa lalu sekaligus menguatkan kapasitas perusahaan dalam mengakselerasi pemulihan operasional.
Dari total dana yang digelontorkan, sekitar Rp3,7 triliun akan dipergunakan untuk melunasi utang pembelian bahan bakar yang terakumulasi pada periode 2019–2021.
Sementara porsi terbesar, sekitar Rp11,2 triliun, diarahkan untuk mendukung modal kerja Citilink, termasuk percepatan reaktivasi dan peningkatan keandalan armada pesawat yang selama ini sempat terkendala keterbatasan finansial.
Penguatan permodalan tersebut sudah menunjukkan hasil awal. Citilink dilaporkan baru saja kembali mengoperasikan satu unit Airbus A320 yang sebelumnya belum aktif, sehingga total armada yang kini melayani penumpang mencapai 31 pesawat. Langkah ini diyakini akan memperbesar kapasitas layanan dan memperluas jaringan penerbangan.
Direktur Utama Citilink, Darsito Hendroseputro, menyambut positif suntikan modal ini dan menegaskan bahwa dukungan dari induk usaha menjadi modal penting dalam mempercepat transformasi operasional perusahaan.
“Dengan tambahan armada yang terus berjalan, Citilink siap memperkuat jaringan penerbangan dan meningkatkan kualitas layanan bagi seluruh pelanggan. Komitmen kami tetap sama, menghadirkan pengalaman terbang yang aman, nyaman, dan tepat waktu,” ujarnya.
Program pengembalian pesawat ke layanan komersial tersebut dilakukan melalui kolaborasi erat bersama GMF AeroAsia, yang memastikan seluruh pesawat menjalani inspeksi menyeluruh dan memenuhi persyaratan keselamatan sebelum kembali mengudara.
Ke depan, Citilink menargetkan dapat mengoperasikan 36 pesawat hingga akhir tahun 2025, sebuah peningkatan signifikan dibanding posisi pertengahan tahun yang lalu ketika maskapai hanya mengoperasikan 21 pesawat.
Suntikan modal besar ini tidak hanya memperbaiki struktur keuangan dan menyelesaikan beban masa lalu, tetapi juga menjadi pijakan penting Citilink untuk meningkatkan pelayanan dan menjaga keterjangkauan akses transportasi udara bagi masyarakat. (Satriya/Info Penerbangan)













