, Jakarta – Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) mengajak seluruh pemangku kepentingan di industri penerbangan untuk mulai menerapkan konsep penerbangan hijau berkelanjutan sebagai langkah nyata mengurangi emisi karbon di sektor aviasi.
Ketua Umum INACA, Denon Prawiraatmadja, dalam peringatan HUT ke-55 INACA di Jakarta menyampaikan bahwa upaya menuju penerbangan hijau harus dimulai dari perencanaan matang yang melibatkan semua pihak, baik regulator, operator, maupun masyarakat.
“Kami mengajak seluruh pemangku kepentingan penerbangan nasional untuk bersiap dan melaksanakan konsep penerbangan hijau berkelanjutan dengan strategi yang terukur,” ujar Denon.
Langkah ini sejalan dengan program Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) yang digagas oleh International Civil Aviation Organization (ICAO).
Program tersebut bertujuan mencapai pertumbuhan netral karbon (carbon neutral growth) di sektor penerbangan internasional dengan menahan total emisi CO₂ di level tahun acuan, yakni sebesar 85 persen.
Menurut ICAO, periode 2021–2023 merupakan fase rintisan, sementara 2024–2026 menjadi fase partisipasi sukarela, dan mulai 2027 hingga 2035 akan memasuki fase wajib bagi seluruh negara anggota, termasuk Indonesia.
“Sebagai bagian dari ICAO, Indonesia memiliki kewajiban untuk mendukung dan menerapkan CORSIA. Karena itu, seluruh pelaku industri penerbangan harus mulai beradaptasi dengan skema ini,” tambah Denon.
Sebagai asosiasi resmi yang menaungi maskapai nasional, INACA berharap implementasi program CORSIA di Indonesia terus berkembang sesuai mandat ICAO.
Dengan penerapan strategi berkelanjutan, industri penerbangan diharapkan mampu menekan emisi karbon tanpa mengorbankan efisiensi operasional maupun pelayanan kepada masyarakat.
INACA juga mendorong terbentuknya peta jalan (roadmap) pengurangan emisi CO₂ yang dilengkapi regulasi kuat agar dapat diterapkan secara berkelanjutan oleh semua pemangku kepentingan.
Didirikan pada 15 Oktober 1970, INACA telah berperan penting sebagai wadah komunikasi antara operator penerbangan dan pemerintah. Lembaga ini diakui secara resmi oleh Kementerian Perhubungan pada 23 November 1989 sebagai satu-satunya asosiasi maskapai penerbangan nasional. INACA berkomitmen pada empat pilar utama: keselamatan, keamanan, pelayanan, dan keberlanjutan.
Dalam rangka perayaan HUT ke-55 bertema “Roadways of Sustainable Aviation: Green, Smart, and Harmonized”, INACA menggelar berbagai kegiatan seperti Indonesia Aero Summit dan seminar Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang bekerja sama dengan PT Pertamina Patra Niaga dan BARINDO (asosiasi maskapai asing di Indonesia).
Acara tersebut turut dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Lukman F. Laisa, Direktur Angkutan Udara Agustinus Budi Hartono, serta perwakilan dari Angkasa Pura Indonesia, AirNav Indonesia, Pertamina Patra Niaga, Jasa Raharja, dan Boeing Company.
Sebagai bentuk apresiasi, INACA juga memberikan penghargaan kepada beberapa bandara di bawah pengelolaan PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports) berdasarkan hasil Survei Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction Index/CSI) 2025 yang dilakukan di 32 bandara di seluruh Indonesia.
Empat bandara yang meraih penghargaan adalah:
Bandara Frans Kaisiepo Biak – kategori Best Airport for <2 Million Passenger per Annum
Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru – kategori 2–5 Million Passengers per Year
Bandara Juanda Surabaya – kategori Above 5 Million Passengers per Year
Bandara Internasional Yogyakarta – The Most Improved Airport for Services
Melalui momentum ini, INACA menegaskan kembali komitmennya untuk menjadi penggerak utama menuju penerbangan hijau dan berkelanjutan di Indonesia, selaras dengan upaya global mengurangi dampak perubahan iklim.(Satriya/Info Penerbangan)












